12 Makna Kerata Basa Dalam Filosofi Jawa

Sedikit penjelasan dalam bahasa Jawa "Kerata" berarti memahami asal usul.
Dalam hal ini asal usul bahasa ditinjau dari suku katanya.
Kerata Basa merupakan bagian kecil dari kegiatan berbahasa orang Jawa
yang sering digunakan untuk memperjelas dan menambahkan keindahan berbicara.


1. GARWA, Sigaraning Nyowo (Belahan Jiwa). Inilah ketika "Aku" dan "Kamu" telah menjadi "Kita". Pilihlah belahan jiwamu atau pasangan hidupmu dengan hati-hati agar kamu tidak menyesal dikemudian hari.

2. KRIKIL, Keri Ing Sikil (Tertinggal di Telapak Kaki). Kita tak akan jatuh karena gunung yang tinggi, tapi bisa jadi oleh batu kecil yang sering kita lewati. Lalui ujian dan halangan dalam hidup dengan bersungguh-sungguh dan disertai doa, jadikan halangan maupun ujian hidup sebagai pelajaran niscaya kamu akan menerima hasil dari jerih payahmu.

3. TUMPENG, Tumindak sing Lempeng (Berperilaku yang Baik). Berbuat baiklah pada sesama dalam segala hal niscaya Tuhan YME akan membalas kebaikanmu, walaupun tidak sekarang mungkin nanti dengan tangan yang lain ataupun diwaktu dan tempat yang lain pula. Niat yang baik, perilaku yang baik menjadi satu cara untuk mendekatkan diri pada Tuhan YME.



4. KUPAT, Ngaku Lepat (Mengakui Kesalahan). Berani mengakui kesalahan bisa menjadi satu sumber perdamaian. Dalam hidup janganlah takut untuk mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada sesama terutama kepada sang pencipta. Tidak ada salahnya bila kita berbuat kesalahan untuk meminta maaf terlebih dahulu, jangan ditunda-tunda sebelum terlalu lama dan menjadi canggung untuk meminta maaf.


5. WEDANG, Gawe Kadang (Menciptakan Persaudaraan). Secangkir air minum bisa menambah dan mempererat persaudaraan dapat juga memulai sebuah pertemanan dan akhirnya menjadi saudara. Mulailah berbagi.



6. PIRING, Sepi yen Miring (Sepi jika Miring). Jangan enggan berbagi rejeki dengan orang lain, karena banyak teman juga akan mendatangkan banyak rejeki. Jika kita mempunyai rejeki lebih jangan lupa untuk berbagi kepada sesama, ingat masih banyak saudara kita diluar sana yang masih membutuhkan uluran tangan kita maka mulailah dari sekarang.


7. GURU, Digugu lan Ditiru (Dipercaya dan Dicontoh). Guru bukan hanya pengajar tapi ia juga pendidik yang bisa dipercaya dan dapat dijadikan panutan bagi murid-muridnya. Jasa seorang guru sangatlah besar kita tidak akan menjadi seperti sekarang ini jika tidak ada guru (guru sekolah, guru mengaji, orang tua, dll). Maka ingatlah jasanya dan hormati selalu jasa guru, niscaya ilmu kita akan bermanfaat.








8. DHALANG, Ngudhal Piwulang (Membeberkan Ajaran/Pengetahuan). Dengan modal pengetahuan, kemantapan hati dan pikiran, keterampilan serta perilaku yang baik siapapun bisa "menjadi dhalang" bagi lingkungannya. Pengajaran dalam arti kebaikan akan selalu menang pada akhirnya walaupun terkadang sangatlah susah.


9. TEBU, Anteb ing Kalbu (Kemantapan dalam Hati). Lakukan semua tindakan dengan memantapkan diri dan disertai doa niscaya semua akan tercapai, dengan kesungguhan hati akan bisa menjadi pribadi yang selalu siap menghadapi berbagai rintangan.






10. TUWA, Ngenteni Metune Nyawa (Menunggu Keluarnya Nyawa/Ajal Tiba). Persiapan diri kita sebelum tua agar tidak menyesal dikemudian hari, apapun yang dibanggakan menjadi tua adalah kepastian.





11. NGELMU, Angele yen Durung Ketemu (Susah jika Belum Didapati). Hal ini berarti semua hal akan mudah dilakukan jika sudah mengetahui ilmunya. Kata hadist mengatakan carilah ilmu dari ayunan hingga keliang lahat.




12. CENGKIR, Kenceng ing Pikir (Kuat dalam Pikiran). Pecaya pada diri sendiri, jauhkan dari keraguan agar bisa menjadi modal untuk lebih maju dan selalu berpikir positif dalam segala hal terutama dalam pergaulan sehari-hari. Jangan selalu berprasangka buruk terhadap sesama karena berprasangka buruk akan membuat hati kita menjadi kotor dan menimbulkan dosa.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar